Rabu, 29 Januari 2014

Salah Sedekah Asal Ikhlas




Malam itu bulan bersinar terang di langit. Bintang-bintang bertaburan. Subhanallah, alangkah indahnya. Seorang lelaki bernama Karim keluar dari rumahnya. Dulu Karim dikenal gemar melakukan perbuatan yang dilarang agama. Namun, kini dia telah insaf dan bertobat. Sekarang, dia rajin sholat berjamaah di masjid. Dia juga tidak merasa malu untuk ikut mengaji dan belajar membaca Al Qur’an, bersama anak-anak yang lebih muda usianya.
Malam itu, setelah mendengar penjelasan dari imam masjid tentang keutamaan shadaqah. Hati karim tergerak. Imam masjid menjelaskan, jika seseorang memiliki uang seribu dirham dan ia menyedekahkan tiga ratus dirham, maka yang tiga puluh dirham itulah yang akan kekal dan dapat dinikmati di akhirat. Sedangkan yang tuju ratus dirham dirham tidak membuahkan apa-apa. Bahkan, uang yang tiga puluh dirham yang disedekahkan, akan dilipatgandakan oleh Allah sebanyak tujuh ratus kali. Sedekah juga membuat harta dan rezeki yang ada menjadi penuh berkah.
Selama ini Karim dikenalkaya dan kikir. Namun sejak insaf dan taubat, dia telah berniat akan mengorbankan segala yang dinikmatinya untuk memperoleh ridho dari Allah swt. Sebagian hartanya telah dia rencanakan untuk disedekahkan dan diinfaqkan di jalan Allah swt.
Dan mengarahkan langkahnya menuju di suatu rumah. Dia telah menyiapkan kantong berisi seratus dirham untuk disedekahkan. Begitu sampai di rumah yang ditujunya, dia mengetuk pintu. Seorang lelaki berkumis tebal muncul dari dalam rumah. Setelah mengucapkan salam,dia memberi kantong itu kepada pemilik rumah lalu pamit. Kejadian itu ternyata diketahui oleh beberapa orang di daerah itu.
Pagi harinya, orang-orang di pasar ramai membicarakan Karimtadi malam.
Dua orang yang melihat Karim bersedekah berkata dengan nada mengejek, “Dasar orang yang tidak tahu  agama. Sedekah saja keliru. Masak sedekah ke pencuri.  Kalu mau sedekah itu ya harusnya pada orang yang baik-baik.”
Obrolan itu sampai pada telinga Karim, ia hanya berkata dakam hati, “alhamdulillah, telah bersedekah kepada pencuri.”
***
Hari berikutnya ketika malam tiba, dia kembali keluar rumah. Dia juga kembali bersedekah. Sama seperti malam sebelumnya, dia menyiapkan uang seratus dirham. Kali ini dia memilih sebuah rumah di pinggir kota. Dia mengetuk pintu rumah itu. Seorang wanita membukakan pintu. Dia menyerahkan sedekahnya pada perempuan tadi dan langsung pamit pulang.
Pagi harinya pasar kembali ribut. Ternyata ada orang yang mengetahui perbuatan Karim tadi malam. Dengan sinis orang tersebut bercerita “Memang Karim itu orang yang tidak jelas. Dulu pelitnya minta ampun, ada yang meminta-minta tidak dia kasih. Sekarang sedekah pada orang yang salah. Masak tadi malam dia sedekah pada seorang pelacur.”
“Serius? Kemarin malam dia juga sedekah pada pencuri. Tadi malam sedekah pada pelacur? Macam mana orang ini? Besok pada siapa lagi ya?”respon yang lain.

                Perbincangan tersebut kembali didengar oleh Karim.  Karim hanya berkata, “Alhamdulillah, telah bersedekah pada seorang pelacur. Semoga bisa bermanfaat baginya.”
***
                Malam harinya dia keluar rumah lagi untuk bersedekah. Seperti biasa dia menbawa uang sebesar satu dirham dan memilih rumah secara acak tanpa berfikir siapa pemilik rumah itu. Dia memilih rumah yang dekat dengan pasar.
                Lagi lagi pasar kembali ribut bahkan lebih ribut dari sebelumnya karena Karim telah bersedekah pada orang yang kaya. Seorang pedagang berkata, “Memang aneh anak ini, sedekah pada orang yang kaya. Padah orang yang miskin dan membutuhkanmasih banyak.”
                Mengetahuinya Karim berkata dalam hati, “Alhamdulillah aku telah bersedekah pada pencuri, pelacur dan orang kaya. Semoga bermanfaat.”
Malam ini Karim tidak keluar untuk bersedekah. Dia memilih untuk istirahat awal, agar dia bisa bangun lebih awal pula untuk melakukan sholat tahajud. Setelah bertahajud dia tertidur.
Dalam tidurnya dia bermimpi didatangi oleh seseorang yang tidak ia kenal. Orang itu berkata kepadanya, “Kamu telah bersedekah pada seorang pencuri, pelacur dan orang yang kaya. Kamu tahu apa yang terjadi?” “Tidak.” Jawabnya dengan singkat. “sedekahmu kepada seorangpencuri telahmembuat pencuri itu insaf. Sehingga dia tidak mencuri lagi. Sedekahmu kepada seorang pelacur, membuatnya bertaubat dan tidak berzina lagi. Dan sedekahmu kepada seorang yang kaya tersebut, telah membuatnya malu karena dia yang kaya tidak pernah bersedekah. Kini orang itu telah mau memberi sedekah, infaq dan zakat. Sedekahmu yang ikhlas mendapat ridho dari Allah swt.” Tiba-tiba orangitu pergi tak tau kemana arahnya. Karim pun terbangun dari tidurnya.


Begitulah kisah Karim yang ikhlas dalam bersedekah. Memang benar, hendaknya kita bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Membutuhkan tidak hanya orang yang meminta-minta dan bukan pula orang yang kekurangan dalam hal materi (harta benda). Bersedekahlah kalian kepada siapa saja yang membutuhkan dan jangan mendengarkan perbincangan orang yang salah. Hanya Allah lah yang dapat menentukan diterima atau tidak sedekah kita. Yang terpenting adalah IKHLAS.

1 komentar:

Fauria Fa'Ayyinallah mengatakan...

orang yang tampak mampu atau tidak membutuhkan,, sebenarnya juga salah satu orang yang membutuhkan. Hanya bedanya mereka tidak membutuhkan untuk materi akan tetapi membutuhkan orang yang mengingatkannya.

Posting Komentar